Sen. Jul 21st, 2025
Curug Jenggala di Baturaden Pesona Tiga Air Terjuan di Tengah Sejuknya Kaki Gunung Slamet

Terletak di kaki Gunung Slamet yang sejuk dan berhawa segar, Curug Jenggala di Baturaden menjadi primadona baru wisata alam di Jawa Tengah. Keindahan alam yang masih perawan, akses yang relatif mudah. Atmosfer hutan yang menenangkan membuat air terjun ini kian digemari wisatawan lokal hingga luar daerah.

Berada di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Curug Jenggala hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat wisata Lokawisata Baturaden. Dari tempat parkir, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 15–20 menit melewati jalan setapak. Anak tangga batu yang dikelilingi kebun dan pepohonan rindang.

Perjalanan ringan itu akan terbayar lunas begitu tiba di lokasi utama. Tiga aliran air terjun berdiri berdampingan di tengah tebing hijau, menciptakan panorama alami yang memesona dan menyejukkan jiwa.

Tiga Curug, Satu Keharmonisan Alam

Masyarakat setempat mengambil nama dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti “rimba” atau “hutan lebat”, sangat cocok menggambarkan suasana curug ini. Curug Jenggala terdiri dari tiga air terjun kembar dengan aliran air bening yang jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter. Ketiganya mengalir berdampingan dan membentuk kolam alami di bawahnya, batuan besar dan semak belukar tropis tumbuh mengelilingi.

Lebih menarik lagi, pengelola lokal turut menyediakan “Love Spot”, yaitu sebuah gardu pandang berbentuk hati yang menghadap ke arah air terjun. Sebagai tambahan, spot ini tidak hanya menarik secara visual. Tetapi juga menjadi salah satu titik favorit pengunjung untuk berfoto dan menikmati suasana. Wisatawan maupun pasangan kerap memilih bagi wisatawan maupun pasangan yang ingin mengabadikan momen romantis dengan latar air terjun.

Fasilitas dan Tiket Masuk

Meski berada di tengah alam terbuka, fasilitas di Curug Jenggala cukup memadai. Tersedia area parkir, toilet, warung kecil, tempat istirahat, dan mushola sederhana. Harga tiket masuknya pun terjangkau, yakni Rp10.000 per orang, dengan biaya parkir kendaraan sekitar Rp3.000–Rp5.000 tergantung jenis kendaraan.

Beberapa fotografer lokal juga menawarkan jasa dokumentasi di lokasi dengan tarif ramah di kantong, pengunjung bisa langsung membawa pulang. Masyarakat setempat mengelola seluruh kegiatan ini secara swadaya sebagai bagian dari pengembangan wisata berbasis komunitas.

Pengelola dan Warga Setempat Menyarankan

Wisatawan bisa mengunjungi sepanjang tahun, namun musim kemarau (Mei–September) adalah waktu terbaik. Saat itu, jalur trekking cenderung kering dan aman, serta air terjun terlihat jernih dan stabil. Pagi hingga siang hari menjadi waktu favorit wisatawan, karena cahaya matahari membuat curug terlihat lebih dramatis.

Demi menjaga kenyamanan bersama, pengunjung diimbau membawa sampah kembali dan tidak merusak alam sekitar. Pengelola juga menyediakan papan informasi dan larangan sebagai bentuk edukasi ekowisata.

Potensi Ekonomi Lokal

Kehadiran Curug Jenggala memberikan dampak ekonomi positif bagi warga sekitar. Warga yang dulu menggantungkan hidup dari pertanian kini turut mengelola area parkir, membuka warung makan, atau menjadi pemandu wisata.

Wisata ini menjadi bukti bahwa alam bisa memberi manfaat ekonomi jika dijaga dengan bijak. Sinergi antara konservasi dan pariwisata inilah yang membuat Curug Jenggala terus berkembang sebagai destinasi unggulan Banyumas.

Singgah Sebentar untuk Menikmati Bebek Goreng

Setelah puas menikmati suasana Curug Jenggala, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan wisata kuliner di wilayah Baturaden. Salah satu yang paling direkomendasikan adalah Bebek Goreng Haji Slamet, kuliner legendaris yang terkenal dengan bebek goreng renyah dan sambal korek super pedasnya.

Restoran ini banyak tersebar di Jawa Tengah, termasuk di Purwokerto, tak jauh dari Baturaden. Porsinya yang besar dan cita rasa khas membuat Bebek Haji Slamet menjadi pilihan tepat untuk mengisi perut setelah trekking di alam terbuka.

Jika Masih Ingin Berpetualang Patung Biawak di Wonosobo

Bagi wisatawan yang tertarik mengeksplorasi wilayah lain di Jawa Tengah, Wonosobo bisa menjadi tujuan berikutnya. Baru-baru ini, kota yang terkenal dengan hawa dingin dan Dataran Tinggi Dieng. Ini menarik perhatian publik karena pemerintah setempat menghadirkan Patung Biawak di Wonosobo. Banyak warga menilai karena bentuknya yang tidak biasa dan dipasang di kawasan strategis kota.

Meski menuai polemik, banyak wisatawan penasaran ingin melihat langsung. Ini membuktikan bahwa daya tarik wisata tak melulu tentang keindahan, tetapi juga bisa berupa keunikan yang memicu diskusi dan rasa ingin tahu.

Penutup

Curug Jenggala di Baturaden adalah perpaduan sempurna antara alam yang menyejukkan, akses yang mudah, serta nuansa lokal yang kuat. Dengan harga terjangkau dan pengelolaan berbasis masyarakat, curug ini layak menjadi tujuan utama bagi wisatawan yang mencari ketenangan, inspirasi, dan keindahan.

Tambahkan perjalanan kuliner ke Bebek Goreng Haji Slamet dan eksplorasi kota unik seperti Wonosobo, maka pengalaman wisata akan terasa lengkap dari alam, rasa, hingga keingintahuan budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *