Kalau kita bicara soal Yogyakarta, pasti pikiran banyak orang langsung terhubung dengan budaya, keraton, gudeg, dan tentu saja oleh-oleh khasnya. Dari sekian banyak pilihan, ada satu yang selalu muncul di benak wisatawan, yaitu bakpia. Kenapa oleh oleh Jogja identik dengan bakpia? Jawabannya sederhana: karena bakpia sudah menjadi bagian dari identitas kota ini. Hampir semua orang yang pulang dari Jogja selalu membawa kotak bakpia sebagai buah tangan, entah untuk keluarga, teman, atau sekadar untuk dinikmati sendiri.
Sejarah Bakpia Khas Yogyakarta

Sejarah bakpia khas Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh budaya Tionghoa. Awalnya, bakpia merupakan kue tradisional Tionghoa bernama “tou luk pia” yang artinya kue berisi kacang hijau. Saat masuk ke Indonesia, terutama di Yogyakarta, bakpia mengalami penyesuaian rasa dan bentuk agar sesuai dengan lidah masyarakat lokal.
Baca juga artikel opini lainnya tentang Apakah Restoran Wajib Instagramable di Era Sekarang?
Bakpia kemudian diproduksi oleh masyarakat Jogja, terutama di daerah Pathok, yang akhirnya sangat terkenal. Bahkan sampai sekarang, istilah “Bakpia Pathok” sudah jadi merek dagang yang melekat di kepala banyak orang. Dari dapur-dapur rumahan, bakpia berkembang jadi industri oleh-oleh besar yang menyerap banyak tenaga kerja.
Sejarah ini menunjukkan bahwa bakpia tidak hanya sekadar makanan manis dengan isi kacang hijau. Ia adalah bukti akulturasi budaya yang sukses, sekaligus menjadi cermin bagaimana Jogja terbuka menerima pengaruh luar lalu mengolahnya menjadi sesuatu yang khas. Itulah mengapa bakpia punya tempat istimewa dalam sejarah kuliner Yogyakarta.
Alasan Bakpia Jadi Ikon Oleh Oleh Jogja

Banyak orang bertanya, kenapa harus bakpia yang jadi ikon oleh-oleh Jogja, bukan jajanan lain? Alasan bakpia jadi ikon oleh oleh Jogja sebenarnya cukup logis. Pertama, rasanya unik. Adonan kulitnya lembut, sementara isinya punya rasa manis legit yang bikin nagih. Dulu isi bakpia hanya kacang hijau, tapi sekarang sudah ada berbagai varian seperti cokelat, keju, bahkan durian. Inovasi ini membuat bakpia selalu relevan di lidah generasi baru.
Kedua, harganya terjangkau. Wisatawan dari berbagai kalangan bisa membelinya tanpa harus berpikir dua kali. Hal ini membuat bakpia cepat populer sebagai buah tangan yang ramah di kantong.
Baca juga artikel kuliner lainnya di sinte tentang Kisah di Balik Nasi Kuning dan Resep Andalan di Acara Spesial
Ketiga, bakpia mudah dibawa. Bentuknya kecil, ringan, dan dikemas rapi dalam kotak. Orang yang naik kereta, pesawat, atau mobil pribadi tetap bisa membawa bakpia tanpa repot. Faktor kepraktisan ini ikut menguatkan posisinya sebagai ikon oleh-oleh Jogja.
Oleh Oleh Jogja Paling Populer Bakpia
Kalau ditanya apa oleh-oleh Jogja paling populer, jawabannya hampir pasti bakpia. Popularitasnya tidak tertandingi, meski ada juga makanan lain seperti geplak, gudeg kaleng, atau jadah tempe. Bakpia tetap menempati posisi teratas karena semua faktor tadi: rasa enak, harga terjangkau, mudah dibawa, dan identitas yang melekat dengan Jogja.
Bahkan di era media sosial sekarang, bakpia sering muncul sebagai bagian dari cerita perjalanan. Banyak orang yang memotret kotak bakpia mereka lalu membagikannya ke Instagram atau TikTok dengan caption “Oleh-oleh dari Jogja.” Hal sederhana ini semakin memperkuat bakpia sebagai ikon budaya populer.
Bakpia tidak hanya populer di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Turis asing yang berkunjung ke Jogja sering penasaran mencobanya, dan banyak yang akhirnya jatuh cinta pada kue mungil ini. Popularitasnya semakin meluas, dan citra Jogja sebagai kota bakpia pun semakin kokoh.
Kesimpulan
Jogja punya banyak hal yang bisa dikenang, tapi bakpia menempati tempat khusus di hati wisatawan. Kenapa oleh oleh Jogja identik dengan bakpia? Karena sejarah panjang, rasa yang khas, harga terjangkau, dan identitas budaya yang melekat kuat. Sejarah bakpia khas Yogyakarta membuktikan bahwa makanan bisa menjadi simbol percampuran budaya. Jadi, kalau kamu jalan-jalan ke Jogja, jangan lupa untuk mencicipi dan membawa pulang bakpia. Karena dengan satu gigitan saja, kamu sudah bisa merasakan kehangatan dan cerita panjang kota budaya ini.